Perilaku Konsumen dan Produsen
BAB III & IV
PERILAKU KONSUMEN
1.1 Pendahuluan
Konsumen adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan aktivitas konsumsi Aktivitas konsumsi yang dilakukan konsumen dapat berupa kegiatan yang memanfaatkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya .
Efek dari aktivitas konsumsi ini adalah berkurangnya nilai barang sebagian atau seluruhnya.
Dalam aktivitas konsumsinya, konsumen harus memiliki penghasilan agar ia dapat memperoleh barang dan jasa yang dibutuhkan atau diinginkannya .
Dengan kata lain, keinginan konsumen untuk mengkonsumsi barang atau jasa harus disesuaikan dengan kemampuan keuangannya.
Tingkat konsumsi seseorang bernbanding lurus dengan tingkat kesejahteraannya. Semakin banyak barang dan jasa yang dikonsumsi, maka semakin tinggi pula tingkat kesejahteraannya dan demikian pula sebaliknya.
Selain itu, perilaku konsumen memiliki kaitan yang sangat erat dengan nilai guna (utility) barang ataupun jasa. Artinya, konsumen akan membeli suatu barang atau jasa karena barang atau jasa tersebut dapat memperoleh kepuasan atau kenikmatan yang diperoleh seseorang dari mengkonsumsi barang–barang. Jika kepuasan itu makin tinggi, maka makin tinggi pula nilai gunanya (utility-nya).
1.2 Pendekatan Perilaku Konsumen
· Pendekatan Kardinal
Pendekatan kardinal menggunakan asumsi bahwa guna atau kepuasan seseorang tidak hanya dapat diperbandingkan, akan tetapi juga dapat diukur. Oleh karena itu menurut kenyataan kepuasan seseorang tidak dapat diukur maka asumsi tersebut dengan sendirinya dapat dikatakan tidak realistik. Inilah yang biasanya ditonjolkan sebagai kelemahan daripada teori konsumen yang menggunakan pendekatan cardinal, yang terkenal pula dengan sebutan teori konsumen dengan pendekatan marginal klasik atau marginal utility approach
· Pendekatan Ordinal
Pendekatan ordinal menggunakan asumsi yang lebih realistik. Dengan menggunakan konsepsi kurva tak acuh teori konsumen yang menggunakan pendekatan ordinal tersebut tidak lagi perlu menggunakan asumsi bahwa kepuasan atau guna seseorang dapat diukur. Sebaliknya kemungkinannya untuk tetap dapat diperbandingkan tinggi rendahnya kepuasan seseorang, dengan dipergunakannya konsepsi kurva tak acuh, masih dapat dipenuhi.
1.3 Konsep Elastisitas;
Pendekantan kardinal menggunakan asumsi bahwa guna atau kepuasan seseorang tidak hanya dapat diperbandingkan, akan tetapi juga dapat diukur. Oleh karena itu menurut kenyataan kepuasan seseorang tidak dapat diukur maka asumsi tersebut dengan sendirinya dapat dikatakan tidak realistik. Inilah yang biasanya ditonjolkan sebagai kelemahan daripada teori konsumen yang menggunakan pendekatan cardinal, yang terkenal pula dengan sebutan teori konsumen dengan pendekatan marginal klasik atau marginal utility approach.
1.3.1 Elastisitas Harga (The Price Elasticity of Demand)
Elastisitas harga permintaan adalah derajat kepekaan/respon jumlah permintaan akibat perubahan harga barang tersebut atau dengan kata lain merupakan perbadingan daripada persentasi perubahan jumlah barang yang diminta dengan prosentase perubahan pada harga di pasar, sesuai dengan hukum permintaan, dimana jika harga naik, maka kuantitas barang turun dan sebaliknya.
1.3.2 Elastisitas Silang (The Cross Price Elasticity of Demand)
Permintaan konsumen terhadap suatu barang tidak hanya tergantung pada harga barang tersebut. Tetapi juga pada preferensi konsumen, harga barang subsitusi dan komplementer Dan juga pendapatan.
1.3.3 Elastisitas Pendapatan (The Income Elasticity of Demand)
Suatu perubahan (peningkatan/penurunan) daripada pendapatan konsumer akan berpengaruh terhadap permintaan berbagai barang, besarnya pengaruh perobahan tersebut diukur dengan apa yang disebut elastisitas pendapatan.
Untuk bab 5 dan penjelasan selengkapnya bisa dilihat dibawah ini :
DAFTAR PUSTAKA
Sriyanto, Teori Ekonomi Mikro
staff.gunadarma.ac.id
file.upi.edu
0 Response to "Perilaku Konsumen dan Produsen"
Posting Komentar